Awas! Pengalaman Pribadi: Ada Formalin dalam Makanan Keripik yang saya beli, satu keripik singkong, kedua keripik ubi jalar
Baru tanggal 7 November saya sampaikan pengalaman saya yang lain terkait makanan dan formalin juga: “Awas! Pengalaman Pribadi: Formalin dalam Makanan Pisang Rebus
Sekarang tanggal 25 November juga saya alami hal yang sama, tetapi dalam hal ini formalin terasa dalam keripik singkong dan keripik ubi jalar.
Saya perlu sampaikan kepada pembaca semua, “Tujuan saya bukan untuk melaporkan orang-orang yang saya temukan berjualan dan ditambah formalin ini, saya sama sekali tidak mau, dan tidak suka melakukan itu”
Tujuan utama saya ialah supaya para konsumen makanan di luar sana, di manapun Anda berada supaya menjadi pandai dan bijak dalam memilih dan mengkonsumsi makanan-minuman.
Proses yang terjadi
Saya sudah terbiasa brepuasa paling miminal sekali dalam seminggu. Tujuan berpuasa saya untuk memberikan instirahat total kepada tubuh fisik saya sehingga tubuh saya bisa beristirahat. Di waktu puasa ini saya tidak hanya puasa makan, tetapi juga puasa pikiran dan perkataan, puasa dari banyak hal.
Saya lakukan hal yang sama akhir pekan lalu, tanggal 24 November 2018. Kemudian, pada 25 November 2018 saya mau makan, dan untuk memulainya saya cenderung makan makanan ringan, kebanyakan buah-buahan, sekali-sekali keripik. Saat malam minggu saya kebetulan lihat ada penjualan keripik singkong dan ubi jalar (di Papua kita sebut betatas)
Saya beli keduanya. Karena itu pada minggu petang, setelah puasa berakhir saya coba makan.
Ingat, bahwa saya sudah ceritakan di atas, saya sudah alami pengalaman pahit dengan formalin di dalam pisang, singkong dan betatas. Peristiwa dan pertanyaan aneh-aneh say aajukan padahal saya ada makan barang yang diformalin.
Saya sudah tahu, badan saya masih ingat rasa itu.
Baru saya makan satu-dua genggam saja, tubuh saya sudah bereaksi.
Reaksi tubuh kalau ada makanan mengandung formalin
Tubuh secara alamiah dia tahu bahwa apa yang sedang dimasukkan itu salah, barang tidak baik. Dia akan memberikan singla menolak secara otomatis. Sering sekali kita tidak sadari hal ini. Ktia harus belajar sensitif terhadap reaksi tubuh kita. Cara paling mudah, fokuskan pikiran kepada apa yang sedang dimakan. Kalau kita terbiasa makan dengan tangan masukkan ke mulut tetapi pikiran kita lari ke layar TV atau layar komputer, saya pastikan kita tidak akan sanggup membaca singnal alamiah tubuh kita sampai akhirnya kita terlambat.
Pertama-tama, Adna akan merasa dalam bahasa Lani di Papua kita sebut “amerek”, yaitu rasa aneh di mulut. Anda sedang makan keripik singkong, tetapi di mulut TIDAK ADA rasa singkong sama sekali. Dari situ saja sudah harus kita curigai. Sementara saya mengetik ini, saya sengaja sedang makan keripik ini lagi, sambil mengunyah saya sedang mengetik. Jadi berkonsentrasi penuh dan merasakan memang ada reaksi tubuh sangat jelas. Tubuh mengatakan ini tidak baik.
Keripik yang saya bali seberat 500 gram atau setengah kilo, sekarang tersisah 100 gram saja, sebagian besar saya sudah makan. Saya menyesal bahwa saya mengalami kegagalan ketiga, dalam memahami makanan tidak sehat. Pengalaman kedua saya akan sampaikan sebentar, yaitu terkait makanan nasi dan pepes ikan yang mengandung formalin.
Saya penasaran mau tahu pengalaman orang lain, dan saya cari di google.com dengan mengetik “makanan berformalin”, ternyata banyak orang juga yang mengalami masalah yang sama.
1. https://metro.tempo.co/read/1094294/sidak-pasar-petugas-gabungan-bogor-pergoki-makanan-berformalin
2. Saya juga baca petunjuk untuk menghilangkan formalin dalam makanan
https://cantik.tempo.co/read/1139529/kiat-menghilangkan-kandungan-formalin-alami-pada-sayur-dan-buah