Bintang.com, Jakarta Menyempurnakan lanskap yang sudah demikian menawan, Indonesia juga punya deretan festival budaya, di mana kamu sangat mungkin tenggelam dalam ragam pertunjukan, atau sesederhana larut bersama suasana lokalnya. Di antara beberapa, Festival Budaya Lembah Baliem (FBLB) di Wamena, Papua adalah satu event yang pasti nggak mau kamu lewatkan.
Bagaimana tidak, baru resmi diselenggarakan pada Selasa (8/8/2017), satu perayaan anual ini, sebagaimana dilansir Liputan6.com, Kamis (10/8/2017), telah memecahkan rekor, baik Indonesia maupun dunia, untuk pelemparan lebih dari 1.359 sege. Sepanjang 28 kali perhelatan FBLB, acara pelemparan tersebut baru digelar kali ini.
Serunya, tak hanya peserta laki-laki dari warga setempat yang dilibatkan, namun juga wisatawan dalam maupun luar negeri. Bukit-bukit di sekitar Walesi, Wamena, Kabupaten Jayawijaya, tempat FBLB dihelat langsung bising oleh sorakan ribuan orang yang turut serta, ditambah sambutan dari sekitar 50 ribu wisatawan yang ikut menyaksikan saat sege dilempar bersamaan.
Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Jayawijaya, Alpius Wetipo, berharap dengan adanya pencatatan rekor tersebut sege semakin dikenal masyarakat Indonesia dan wisatawan asing. Buat kamu yang belum tahu, sege adalah salah satu senjata perang bermaterial kayu hutan berjenis apa saja dengan panjang sekitar 2,5 meter dan harus lurus.
Sege biasanya diberi cat warna hitam. Namun di beberapa suku, ada yang menghias sege dengan warna putih atau merah. Kadang juga diberi racun untuk membunuh buruan. Namun, di FBLB semua tombak dicat hitam dengan ujung yang tak begitu runcing dan tanpa racun.
Satu lagi yang menarik dari aksi pemecahan rekor ini adalah lempar tombak tersebut harus dilakukan laki-laki. Pihak perempuan menunggu dari luar area. ”Biasanya memang sege ini digunakan untuk laki-laki. Perempuan mengurusi dapur,” ucap Alpius.
Seperti yang mungkin juga sudah kamu ketahui, Festival Budaya Lembah Baliem di Distrik Welesi, Wamena itu akan berlangsung selama empat hari, terhitung sejak tanggal 8 hingga 11 Agustus 2017. Berlangsungnya festival ini diharapkan sebagai upaya melestarikan, sekaligus memperkenalkan budaya Papua kepada masyarakat Indonesia dan dunia.