Kasus ini saya alami pada tahun 2014. Waktu itu saya ditolak oleh Imigrasi Hong Kong pertama-tama karena saya dicurigai datang ke Hong Kong untuk mencari pekerjaan. Saya kasih tahu mereka, bahwa sejak tahun 2013 saya ditugaskan oleh KSU Baliem Arabica untuk memperkenalkan, mempromosikan dan menjual Kopi Papua ke luar dari Tanah Papua, dan saat itu saya bertempat-tinggal di pulau Jawa dan saya datang dan pulang dari Hong Kong beberapa kali dalam rangka pertemuan-pertemuan dengan para calon pembeli.
Di airport saya dijemput tepat waktu saya keluar dari Exit pesawat. Saya ditanyakan Passport, di-cek, ditanya macam-macam, lalu saya langsung diantar ke bagian integasi imigrasi. Tas dan koper saya dibongkar total, saku saya diperiksa. Noken saya juga diperiksa, di bolak-balik habis-habisan. Pemeriksaan yang sama dilakukan berulang-ulang sebanyak tiga kali, dengan tiga orang petugas imigrasi yang berbeda, berpindah dari ruang yang satu ke ruang yang lain.
Setelah memakan waktu yang cukup lama, saya diperintahkan untuk dikirim kembali ke airport asal.
Saya baru mendarat dari Thailand, jadi saya dipulangkan ke Thailand.
Tetapi airport Thailand juga tahu, dan saya lebih tahu bahwa saya akhirnya harus pulang ke Indonesia. Sebulan sebelumnya saya datang ke Hong Kong, kemudian saya ke Chiang Mai Thailand, karena ada seminar penelitian Kopi Chiang Mai dari Universitas Chiang Mai yang dipresentasikan dan saya mendaftarkan diri untuk mengikutinya. Sehabis seminar yang berlangsung selama 3 hari, saya-pun memutuskan untuk kembali ke Hong Kong, karena tiket untuk pulang ke Jakarta waktu itu saya beli untuk balik lewat Airport Internasional Hong Kong.
Jadi, saya balik ke Hong Kong bukan karena saya mau kembali, tetapi karena memang menurut tiket saya harus balik dari Airport di Hong Kong.
Saya dipulangkan ke Thailand. Saat saya tiba di Airport internasional Bangkok, saya tidak keluar dari pesawat, tetapi langsung diantar dari pesawat ke pesawat. Saya sudah katakan kepada imigrasi Hong Kong bahwa kalau saya mau dipulangkan saya mau pulang ke Denpasar Bali. Mereka mengecek tiket balik saya dan mereka mau kirim saya balik ke Cengkareng. Tetapi saya bilang, saya harus dipulangkan ke Bali. Dan mereka setuju.
Begitu tiba di airport, saya diantar oleh seorang petugas imigrasi di lapangan, langsung menuju ke Thai Air.
Pada saat menunggu pesawat lanjutan ke Denpasar Bali selama 4 jam, ada banya percakapan terjadi, bertanya-jawab tentang saya. Ada satu nama, atau istilah yang cukup mengusik ke-manusia-an saya ialah nama “Endo”. Ada teman bertanya kepada petugas imigrasi, “Dari mana orang ini, Afrika?” Dia selalu menjawab “Endo”.
Itu satu. Kedua, selain kata “Endo”, dia selalu menjawab dengan muka agak meremehkan, tidak terhormat. Saya mengalami hal yang sama beberapa kali di bandara di Kuala Lumpur. Saya sudah ceritakan salah-satu kasusnya di blog ini. Sudah beberapa kali saya sudah rasakan. Pada saat orang-orang imigrasi melihat saya punya paspor Indonesia, mereka sesegera mungkib berubah tingkah-laku merendahkan saya.
Blog ini tidak bermaksud menghasut atau mengeluhkan kondisi ini, tetapi saya bermaksud menceritakan realitas yang sebenarnya, tidak untuk menyalahkan atau mengeluhkan, tetapi untuk memberitahukan kondisi real sehingga pemegang paspor Indonesia lainnya mengetahui kondisi ini dan saat mereka merasakan yang sama di kemudian hari, mereka menerimanya dengan tulus.
Pelajaran dari Kisah iini
- Pertama, rencanakanlah perjalanan dengan jadwal yang fixed dan usahakan untuk tidak merubah jadwal penerbangan di dalam perjalanan di luar negeri;
- Kedua, ketahuilah, bahwa pemegang paspor Indonesia di negara-negara lain masih diperlakukan kurang manusiawi, pemegang paspor Indonesia masih dilihat sebagai orang-orang miskin, yang datang ke negara mereka untuk mencari pekerjaan sebagai pembantu rumah tangga, yaitu pekerjaan terhina dalam konteks sosial-budaya mereka.
- Ketiga, upayakan agar tas-tas, koper dan pakaian yang dikenakan di badan bersih dan rapih. Sekarang saya sudah merubah cara berpakaian saya, sehingga pakaian yang bermerek saya kenakan khusus untuk penerbangan internasional. Ini penting karena kesan pertama yang didapat saat orang imigrasi melihat Anda menginjakkan bandara mereka sangat penting. Kalau mereka sedikit merasa ragu, Anda akan ditanyakan macam-macam, seperti yang telah saya alami.
- Terakhir, apapun yang terjadi, terimalah dengan tulus-ikhlas sebagai pelajaran hidup. Jangan berusaha untuk merubahnya, dan jangan menyesalinya. Apapun yang terjadi dalam hidiup ini ada maksud dan tujuannya.
Saya punya banyak cerita pengalaman penerbabgan yang lain, yang akan saya ceritakan dalam tulisan lanjutan.