by
8 years ago

Posted on

Sekitar 2.000 tahun lalu, ada seseorang yang dituduh menistakan agama yg dianut oleh masyarakat mayoritas saat itu. Kemudian para pemuka agama menyeret orang ini ke pengadilan bahkan menghasut rakyat untuk berunjuk rasa di depan pengadilan.

Orang ini diperiksa oleh hakim agung saat itu, dan akhirnya tidak ditemukan kesalahan apapun. Pendemo berdemo semakin keras dan mulai terjadi keributan di masyarakat. Mereka berteriak #SalibkanDIA. Hakim agung menyerah kemudian mengikuti kemauan mereka, dan akhirnya orang ini dijatuhi hukuman mati.

Melihat ke belakang, sebenarnya orang ini orang yang sangat baik. Sepanjang hidupnya ia menyelamatkan banyak orang. Menyembuhkan yang sakit, mengajarkan orang berbuat baik, menyuruh masyarakat membayar pajak, dan menegakkan hukum, misalnya mengusir pedagang-pedagang yang berdagang tidak pada tempatnya. Berkali-kali juga ia menentang orang-orang yang menyebut diri beragama tetapi munafik, yang berdoa paling keras namun tidak menjalankan agamanya dengan benar.

Sekitar seminggu sebelum diputuskan bersalah oleh pengadilan, si pelaku disambut di gerbang kota dengan daun-daun palma. Sehari sebelum putusan, ia berdoa memohon kepada Tuhan supaya dibebaskan dari penderitaan tersebut, namun ia akhirnya berkata “jangan kehendakku yang terjadi melainkan kehendak-Mu”.

Dan hari berikutnya: ia dihukum mati.

————————-

 

Melompat ke masa sekarang, 2017, ada seorang gubernur yang dituduh menistakan agama yg dianut oleh masyarakat mayoritas di mana ia berada. Proses peradilan diwarnai unjuk rasa besar-besaran atas nama agama tersebut. Orang-orang mendesak dan berteriak #penjarakanDIA. Hakim akhirnya memutuskan ia harus dipenjara dua tahun.

Kalau melihat ke belakang, orang ini sebenarnya orang baik. Sebelum ia datang, puluhan tahun kota ini sangat kacau balau. Setelah ia memimpin banyak terjadi perbaikan. Setiap pagi orang sakit dan kesulitan datang mengadu dan ia tolong. Hukum ia tegakkan. Orang-orang yang tinggal tidak pada tempatnya ia usir. Secara terang-terangan ia menentang mereka yang mengaku beragama tetapi munafik, santun tapi korupsi.

Sekitar seminggu sebelum diputuskan bersalah oleh pengadilan, si pelaku disambut ribuan karangan bunga di gerbang balai kota. Sehari sebelum putusan, ia berdoa memohon kepada Tuhan supaya dibebaskan, supaya Tuhan menyatakan bahwa ia tidak bersalah. Namun ia tetap pasrah apapun kehendak Tuhan.

Dan hari berikutnya: ia dihukum penjara.

—————————–

 

Tapi satu hal yang mungkin orang lupa dari cerita 2.000 tahun lalu. Penderitaan dan hukuman mati yang ia terima justru menjadi inspirasi bagi sekitar 1.2 milyar orang hari ini. Menjadi inspirasi untuk tetap berbuat baik, untuk tetap menyebarkan kasih, bahkan memaafkan semua orang yang membenci. Semoga kisah gubernur yang dinyatakan bersalah ini juga menginspirasi setidaknya 250 juta orang. Menginspirasi supaya mereka semua tetap berpegang teguh pada kebenaran, sekalipun ujung-ujungnya malah dinyatakan bersalah. Setialah sampai akhir, seberat apapun resikonya.

4f5c907909ae3652f3c2176aed0f38fb

Sumber: https://leonardab.wordpress.com/

Leave a Reply

Your email address will not be published.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Latest from Blog

NA-Genetics-Evolution-Concept-Art
Arizona State University scientists studied genetic variation in the water flea Daphnia pulex, finding that natural selection on individual genes fluctuates significantly over time, even in stable environments. This research suggests that ongoing genetic variation helps species remain adaptable to future environmental changes, challenging traditional views on natural selection.

Don't Miss

Nieuw Guinea Raad dan 1 Desember 1961

Atas inisiatif para anggota Nieuw Guinea Raad, Tuan Nicolas Jouwe, Elieser Jan

Indonesia Stop Bahas Soal Muslim Rohingnya, “Urus Saja Negeri Kalian” Kata Suu Kyi

Militer Myanmar kembali terlibat bentrok dengan militan Muslim Rohingya. Akibatnya, ribuan penduduk