Kisah Menggunakan Grab a Bike oleh Jhon Yonathan Kwano, tanggal 25 Desember 2015
Setelah mensetup gudang PAPUAmart.com di Kota Jakarta, tepatnya Jakarta Selatan, saya masih bertahan tinggal di Jakarta sampai masuk ke tanggal 25 Desember 2015, hari Natal yang dirayakan oleh segenap Umat Kristen di seluruh dunia. Seharusnya tanggal ini dirayakan secara besar-besaran di Tanah Papua, akan tetapi karena ada di Jakarta, maka sayapun tinggal di rumah menunggu hari malam.
Di malam hari, saya sudah lapar. Malam yang agak sunyi, karena baik orang Kristen maupun non Kristen memilih untuk tidak banyak beraktivitas pada hari ini.
Warung yang di dekat penginapan sudah tutup semua. Terpaksa saya cari di google.com, dan saya ketik kata ini “solusi transportasi Jakata”, kemudian saya ketik lagi “taxi mudah jakarta”, dan keluarlah tawaran untuk mendonload dan menginstal aplikasi grab.
Saya lalu utak-atik menu dan layanan yang ersedia. Saya terpikir, malam ini saya harus keluar dari tempat ini, cari warung makan. Lalu saya ketikkan ke dalam tempat saya tinggal dan tempat tujuan saya, lalu saya tekan tombol pesan, dan begitu cepatnya ada telepon dari pengendara motor, ojek grab mengatakan dia sudah menuju.
Saya belum tahu persis alamat di mana saya tinggal, jadi saya kasih tahu dia saya berdiri di pinggir jalan, pokoknya di depan minimarket Indomaret. Biasanya di depan indomaret ini ada penjualan gorengan, tetapi tepat hari ini tidak ada jualan.
Cepatnya sang pengendara datang, saya dipanggil nama, “Pak Jhon ya?”, saya bilang “Ya!”, lalu saya diberikan helmet dan masker pelindung debu.
Dengan cepatnya saya diantar ke tempat tujuan saya, sekitar 15 menit saja dari tempat tinggal saya, dan akhirnya saya bisa punya kesempatan makan.
Perjalanan pulang mungkin lebih menarik menjadi judul cerita ini buat saya, tetapi tentu saja itu tidak menarik bagi Anda, oleh karena itu saya tidak memilih judul, “Jalan Kaki selama 30 menit setelah makan kenyang di Jakarta Slatan” karena itu tidak menarik.
Dari pengalaman pertama dengan Grab ini saya menjadi sadar bahwa Indonesia telah mengalam isebuah proses revolusi, revolusi dalam bidang transportasi umum