Hari ini, Minggu 30 September 2018, Gereja Duta Injil BIP kedatangan Pilot Batik Air, Captain Ricosetta Mafella, yang memberikan kesaksian kenapa dia mempercepat penerbangannya 3 menit dari jadwal yang sudah ditentukan di Bandara Palu pada Jumat kemarin, 28 September 2018.
Beliau cerita bahwa sepanjang hari hatinya merasakan kegelisahan yang dia sendiri tidak tahu kenapa. Untuk mengusir kegundahan hatinya, sepanjang perjalanan dari Ujung Pandang ke Palu, ia menyanyi lagu-lagu rohani dengan nada keras..(biasanya saya hanya bersenandung saja, tapi hari itu saya ingin memuji Tuhan sebaik-baiknya, katanya). Sampai Co-Pilotnya yang muslim menyarankan sambil bercanda supaya dia membuat CD lagu rohani.
Ketika hendak mendarat di bandara Palu, udara terlihat cerah tapi angin terlalu kencang dan ia mendengar suara dalam hatinya berkata untuk memutar sekali di udara sebelum landing.
Letak bandara Palu diapit oleh dua pegunungan dan itu mengingatkannya akan ayat Alkitab dalam 📖 Mazmur 23:4, “Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya sebab Engkau besertaku..gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku”. 🌿
🌿 “I may walk through valleys as dark as death but i wont be afraid. You are with me and Your shepherd’s rod makes me feel safe” 🌿
Menurut sang captain, bandara yang letaknya diapit pegunungan bagi seorang pilot disebut lembah kematian karena mereka harus ekstra hati-hati ketika landing dan ayat Mazmur 23:4 (sebutannya Mazmur DjiSamSoe adalah pegangan para pilot Kristiani).
Sesaat setelah pesawat sukses landing, ia mendengar suara di hatinya berkata untuk lekas pergi dari bandara itu. Oleh karena itu, dia menginstruksikan crewnya agar beristirahat 20 menit saja sebelum pesawat kembali pulang ke Jakarta via Ujung Pandang.
Ia bahkan tidak turun dari cockpit pesawat dan meminta ijin kepada Menara Kontrol untuk mempercepat lepas landas 3 menit dari jadwal yang sudah ditentukan.
Setelah ia mendapatkan izin take-off dari Alm. Agung, mereka pun bersiap lepas landas.
Captain Mafella mengakui saat itu ia melanggar prosedur penerbangan karena ia mengambil alih tugas Co-Pilot dengan menambah kecepatan pesawat saat prosesi take off. Dia sendiri tidak tahu kenapa, tapi tangannya terus memegang tuas agar kecepatan lebih besar supaya badan pesawat lebih cepat merangkak naik (istilah mobil di-gas poll).
Saat itu dia tidak tahu kalo gempa sudah melanda Palu, tapi dia masih sempat merasakan badan pesawat sedikit oleng ke kiri dan kanan. Menurutnya, kalau saja dia terlambat 3 menit, maka dia tidak bisa menyelamatkan 140 penumpang karena aspal pacuan landas bandara bergelombang seperti kain ditiup angin!
Beberapa menit selepas take off, dia mencoba menghubungi pihak menara namun sudah tidak dijawab lagi oleh Agung.
Dia menengok kebawah dan melihat fenomena alam yang aneh. Air laut di pinggir pantai membentuk lubang yang sangat besar sehingga dasar laut terlihat.
Ketika pesawat tiba di Ujung Pandang, barulah mereka diberitahu bahwa telah terjadi gempa dan tsunami di Palu dan pegawai menara kontrol yang memandu pesawatnya take off telah gugur sesaat setelah memastikan pesawatnya lepas landas.
Tadi siang sebelum ia bertolak terbang ke KL, Captain Mafella menegaskan pentingnya kita harus peka mendengar suara Tuhan. Dan dalam situasi apapun harus tetap tenang jangan panik supaya bisa jelas mendengar suara Tuhan yg disampaikan melalui Roh Kudus, dia menambahkan.. bahwa ketika ia mengambil alih tugas co-pilot untuk menambah kecepatan, sang co-pilot terlihat ketakutan melihat badan pesawat oleng ke kiri dan ke kanan.
Kesaksian Captain Maffela ini, saya bagi supaya kita bisa belajar serta memetik pesan moral serta mendapatkan berkat dari kesaksiannya. Tuhan Yesus Memberkati,..Amen