BY SAEFUDIN ACHMAD ON
Seseorang boleh mengklaim dirinya ahli di bidang tertentu, namun tetap pada akhirnya pengakuan dari masyarakat yang dijadikan sebagai alat ukur. Seseorang boleh mengaku dirinya “ulama”, namun tetap pada akhirnya gelar ulama yang diberikan oleh masyarakat yang bisa dijadikan pembenaran mana yang benar-benar seorang ulama. Seorang boleh juga mengaku seorang pengacara hanya dengan bermodalkan ijazah sarjana hukum, namun tetap pada akhirnya keprofesionalitas seorang pengacara diukur dari penilaian masyarakat.
Nampaknya perlu adanya peneguhan kembali tentang definisi ulama dan pengacara. Jangan sampai makna ulama dan pangacara menjadi tereduksi oleh oknum yang tidak bertanggung jawab yang seenaknya sendiri melakukan klaim sepihak. Berikut kisah lucu namun sebenarnya tidak lucu juga (hehehe) tentang orang-orang yang profesi atau kedudukan yang sekarang disandangnya sepertinya harus segera dicopot.
Kisah Pertama
Tidak sembarang orang disebut sebagai ulama. Terlalu berat syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh orang yang masuk kategori ulama. Selain itu, ulama adalah gelar pemberian dari masyarakat untuk seorang muslim yang memiliki ilmu yang luas, akhlak yang mulia, serta memiliki kontibusi untuk umat. Ketika ada seorang yang mengaku dirinya seorang ulama sudah pasti dia bukan ulama. Tidak ada satupun ulama yang benar-benar ulama yang mengakui dirinya ulama.
Salah satu karakter seorang ulama adalah tidak takut kepada apapun selain Allah SWT. Bahkan kematian bukanlah sesuatu yang perlu ditakuti oleh seorang ulama, apalagi hanya hukuman penjara, sama sekali tidak masuk kamus seorang ulama. Ulama akan menghadapi apapun persoalan yang dihadapkan kepadanya. Ulama sejati meyakini bahwa Allah akan selalu menolongnya. Bahwa kemudian pada akhirnya dia dipenjara atau dibunuh, seorang ulama akan meyakini bahwa itu sudah menjadi takdir Allah yang tidak perlu dirisaukan.
Jika seorang ulama difitnah melakukan tindakan tercela, maka dia tidak akan sejengkal pun mundur. Dia akan hadapi fitnah dan konspirasi tersebut meskipun nyawa menjadi taruhannya. Pada intinya dia tidak takut kepada apapun kecuali Allah.
Jadi maknanya apa? Benar atau tidaknya kasus pornografi yang menjerat Rizieq, maka saya katakan Rizieq sangat tidak pantas masuk kategori seorang ulama. Alasannya, dia ternyata masih memiliki rasa takut kepada makhluk. Jika Rizieq memang seorang ulama, maka dia pasti akan menghadapi proses hukum yang sedang dihadapi tanpa rasa gentar sedikit pun apalagi sampai kabur ke Arab.
Kisah Kedua
Seorang pengacara lumrahnya adalah orang-orang yang sangat memahami hukum. Kehebatannya dalam beradu argumen dengan hakim terkadang mampu membantu meringankan vonis bagi tersangka. Logika normalnya, jika seorang pengacara biasanya mampu meiringankan vonis hukuman bagi kliennya, maka ketika dia sendiri yang sedang terjerat kasus, pantaskah kalau dia merasa takut dan memilih kabur ke Arab?
Eggi Sudjana seorang pengacara yang cukup kondang. Dirinya bahkan sempat menjadi pengacara Rizieq untuk kasus pornografi serta bos First Travel untuk kasus umroh yang bermasalah. Logikanya, Eggi adalah orang yang ahli dalam urusan hukum serta mencari celah untuk keluar dari jerat hukum.
Namun siapa sangka bahwa profesi pengacara yang disandangnya tidak menjamin Eggi untuk tetap tenang untuk menghadapi tuduhan keterlibatan dirinya dalam kasus Saracen. Rekasi yang ditempilkan saat muncul berita bahwa Eggi terlibat Saracen juga seperti orang yang awam akan hukum. Dirinya justru hanya bisa marah, mengelak, membela diri tanpa mendatangkan bukti yang bisa membantah tududahn yang dilayangkan kepadanya. Padahal, dirinya hanya dianggap saksi oleh polisi, bukan tersangka.
Puncak dari kepanikan itu, Rizieq menyusul jejak kliennya yang kabur ke Arab Saudi. Tidak lama setelah namanya disebut-sebut terlibat dengan Saracen, Eggi pergi ke Arab Saudi dengan alasan haji. Dia pikir masyarakat Indonesia bisa dikelabuhi. Jamaah haji dari Indonesia harus melalui berbagai macam prosedur dan waktu tunggu sampai bisa berangkat ke Mekah. Jika tiba-tiba dia mengatakan pergi ke Arab untuk haji, apakah nama dia ada dalam daftar nama-nama penduduk Indonesia yang berangkat haji tahun ini?
Saya memprediksi nantinya Eggi akan muncul di media bersama Rizieq. Sepertinya akan ada pertemuan antara keduanya di Arab. Selain untuk saling curhat satu sama lain karena memiliki nasib yung sama (kabur), bisa jadi untuk melakukan koordinasi untuk menentukan langkah yang hendak ditempuh. Saya memprediksi Eggi tidak akan langsung pulang ke Indonesia seperti jamaah haji pada umumnya. dia akan mengikuti jejak Rizieq untuk menunda-nunda pemeriksaan.
Kesimpulannya, dari kedua kisah tersebut, apakah masih pantas Rizieq disebut sebagai ulama, dan Eggi sebagai pengacara? Jawabannya ada di hati masing-masing pembaca. Hehe
Terakhir, mohon maaf jika ternyata kisah yang saya tulis tidak lucu karena hanya orang-orang yang memiliki selera humor yang tinggi yang mampu menangkap kelucuan kisah yang saya paparkan. hehehe…Sekian terima kasih.
Silahkan baca artikel saya yang lain di: https://seword.com/author/saefudin/