Saya keberatan atas kebijakan Lukas Enembe mengundang Lion Air Group terbang di kawasan Melanesia.
Saya sudah sampaikan sebagai catatan di halaman Facebook.com saya dengan judul yang sama, tetapi saya mau menguraikannya lebih panjang di sini. Berikut adalah catatan saya di halaman facebook.com dimauskd:
Saya harus katakan terus-terang perihal lobi-lobi yang dilakukan oleh Gubernur Lukas Enembe untuk menerbangkan pesawat dari Lion Group dalam rute Mount Hagen, Papua New Guinea ke Jayapura, Sentani, West Papua, dengan alasan sederhana
Dalam rangka Menghentikan Pembunuhan OAP
Mari dukung penolakan ini, dengan memaraf “Note” ini sehingga Lion Air, Batik Air, Wings Air, TIDAK Terbang di kawasan Melanesia.
Lukas Enembe, Powes Parekop, Garry Juffa, Peter O’Neil, Peter Yamma, Charlot Salwai sanggup secara finansial dan secara legal formal mendirikan “Melanesian Airways” untuk melayani rute Port Numbay, Port Moresby, Honiara, Nadi, Port Vila, Noumea.
Port Numbay 30 Oktober 2018
Hormat saya,Jhon Yonathan Kwano Sumber: FB
Ada satu aspek yang saya yakin saya punya penilaian yang cukup memusakan untuk saya menbolak Lion Air terbang di Melanesia ialah bahwa “Lion Air” tidak punya nilai “Manusia” sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang harus dilayani dan diperlakukan dengan “care” sehingga walaupun penumpang membayar murah, mereka tetap manusia, yang bernyawa, yang diciptakan Tuhan, yang harus diberangkatkan dan ditibakan dengan selamat, dan harus dilayani di dalam penerbangan dengan baik pula.
Saya punya sejumlah pengalaman terutama dengan Pramugari, hampir kebanyakan pramugrai Lion Air yang saya temui punya perllaku terhadap penumpang sama dengan perilaku mama-maka terhadap anak kecilnya di rumah.Bahasa Indonesia begitu keras, mereka menegur sama dengan menegur anak kecil di rumah.
Itu hal paling mendasar.
Selain itu, dan terbukti berkali-kali sekarang, pimpinan, pemilik dan pengelola Lion Air TIDAK memiliki nilai kemanusiaan yang tinggi, sehingga pada saat kecelakaan terjadi TIDAK PERNAH TERDENGAR suara pneyesalan, minta maaf, atau sedikit merasa rendah hati dari pihak CEO Lion Air, dari pihak pengelola Lion Air maupun dari pihak pemilik Lion Air.
Kesan saya sepertinya mereka menyerahkan kesalahan kepada pilot yang menerbangkan pesawat, atau mekanik yang memeriksa dan meloloskan pesawat untuk terbang.
Dalam urusan sebuah bisnis, apalagi menjalankan bisnis yang bersangkut-paut dengan nyawa manusia, orang-orang pemilik perusahaan itu dan pengelola-nya paling tidak harus memiliki nilai-nilai, norma dan perilaku kemanusiaan yang dapat kita pahami dan rasakan. Hal itu saya tidak pernah saksikan terpantul dari pihak pemilik maupun pengelola perusahan penerbangan ini.
Sekarang menjadi pertanyaan saya buat Lukas Enembe
Saya menjadi terpulkul dan bertanya, “Alasan apa Lukas Enembe bisa melobi Lion Air” untuk terbang di kawasan Melanesia. Padahal di Melanesia sendiri sudah banyak Airline beroperasi, antara lain seperti berikut
- Kembu Air (West Papua)
- Demonim Air (West Papua)
- Cenderawasih Air (West Papua)
- Air New Guinea (PNG)
- PNG Air (PNG)
- AIr Vanuatu (Vanuatu)
- Solomon Airways (Kep. Solomon)
- Fiji Airways (Fiiji)
- Virgin Atlantic (Virgin Air Oceania)
- JetStar (Asia Pacific)
- AirAsia (bisa diminta membentuk Melanesian Airways)
Semakin saya tulis artikel saya mendapat bisikan bahwa memang ada yang membisikkan supaya melobi Lion Air.
Padahal Pak Enembe harus tahu bahwa Lion Air itu maskapai penerbagan yang harus dihindari pertama, dan didaftar paling terakhir untuk di-lobi kalau mau menerbangkan orang Melanesia.
Saya harap Lukas Enembe baca tulisan ini.
Jhon Yonathan Kwano